H. Kelebihan
Demokrasi Parlementer (Liberal)
a. Pembuat kebijakan dapat ditangani
secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan
legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu
partai atau koalisi partai.
b. Garis tanggung jawab dalam
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
c. Adanya pengawasan yang kuat dari
parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi berhati-hati dalam
menjalankan pemerintahan.
d. HAM
dipegang teguh dan dijunjung tinggi oleh negara
I. Kelemahan
Demokrasi Parlementer (Liberal)
a. Kedudukan badan eksekutif/kabinet
sangat tergantung pada mayorits dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu
kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
b. Kelangsungan kedudukan badan
eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa
jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
c. Kabinet dapat mngendalikan
parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah anggota parlemen
dan berasal dari meyoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
menguasai parlemen.
d. Parlemen menjadi tempat
kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota
parlemen dimanfaatkan dan menjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau
jabatan eksekutif lainnya.
e. Multipartai,
yang mengakibatkan aspirasi yang belum tersalurkan seluruhnya dengan baik.
f. Kebebasan
mengeluarkan pendapat yang terlalu bebas, sehingga tidak ada
pertanggungjawabannya.
J. Kegagalan
Demokrasi Liberal (Parlementer)
Penyebab kegagalan :
1. Dominannya politik aliran,
artinya berbagai golongan politik dan partai politik sangat mementingkan
kelompok atau alirannya sendiri daripada mengutamakan kepentingan bangsa.
2.
Landasan
sosial ekonomi rakyat yang masih rendah.
3.
Tidak
mempunyai para anggota konstituante bersidang dalam menetapkan dasar negara
sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.
4. Instabilitas
Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini menjadikan
pemerintah tidak berjalan secara efisien sehingga perekonomian Indonesia sering
jatuh dan terinflasi.
5. Timbul
berbagai masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan
APRA, Gerakan RMS akibat ketidakstabilan pemerintahan.
6. Sering
terjadi konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17 Oktober 1952.
7. Memudarnya
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya sistem pemerintahan.
8. Sering
terjadi konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk mendapatkan
kekuasaan.
9. Praktik
korupsi meluas. Pada masa ini tidak tindak pidana korupsi tidak bisa ditangani
karena dari oknum partai maupun oknum pemerintahan tidak luput dari melakukan
korupsi, bahkan mentri luar negri kala itu yang sekaligus sebagai arsitek
demokrasi terpimpin juga melakukan korupsi.
10. Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena
pemerintah hanya terfokus pada pengembangan bidang politik bukan pada ekonomi.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Demokrasi liberal adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan
legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif.
2.
ciri-ciri demokrasi Parlementer (liberal) :
·
Dikepalai
oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden/raja.
·
Kekuasaan
eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi
berdasarkan Undang-Undang.
·
Perdana
menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa)untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departement dan non-departemen.
·
Menteri-menteri
hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
·
Kekuasaan
eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
·
Kekuasaan
eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
·
Kontrol
terhadap negara, alokasi sumberdaya alam dan manusia dapat terkontrol.
·
Kelompok
minoritas (agama, etnis) boleh berjuang, unuk memperjuangkan dirinya.
3.
Kabinet yang pernah berkuasa pada masa
demokrasi liberal :
·
Kabinet
Natsir (7 September
1950-21 Maret 1951)
·
Kabinet
Soekiman (27 April 1951-23 Februari
1952)
·
Kabinet
Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
·
Kabinet
Ali Sastroamijoyo ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955
)
·
Kabinet
Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
·
Kabinet
Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
·
Kabinet
Djuanda ( 9 April
1957-10 Juli 1959 )
4. Kelebihan demokrasi parlementer (liberal) :
·
Pembuat
kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif.
·
Garis
tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
·
Adanya
pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
·
HAM dipegang teguh dan dijunjung
tinggi oleh negara
5. Kelemahan demokrasi parlementer (liberal) :
·
Kedudukan
badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayorits dukungan parlemen
sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
·
Kelangsungan
kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai
dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
·
Kabinet
dapat mngendalikan parlemen.
·
Parlemen
menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
·
Multipartai, yang mengakibatkan
aspirasi yang belum tersalurkan seluruhnya dengan baik.
·
Kebebasan mengeluarkan pendapat yang
terlalu bebas, sehingga tidak ada pertanggungjawabannya.
6.
Penyebab kegagalan demokrasi parlementer (liberal) :
·
Dominannya
politik aliran
·
Landasan
sosial ekonomi rakyat yang masih rendah.
·
Tidak
mempunyai para anggota konstituante bersidang dalam menetapkan dasar negara
sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.
·
Instabilitas Negara karena
terlalu sering terjadi pergantian kabinet.
·
Timbul berbagai masalah keamanan
dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia,
seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS akibat
ketidakstabilan pemerintahan.
·
Sering terjadi konflik dengan
pihak militer seperti pada peristwa 17 Oktober 1952.
·
Memudarnya kepercayaan rakyat
terhadap pemerintah akibat lemahnya sistem pemerintahan.
·
Sering terjadi konflik antar
partai politik dalam pemerintahan untuk mendapatkan kekuasaan.
·
Praktik korupsi meluas.
·
Kesejahteraan rakyat terbengkalai
karena pemerintah hanya terfokus pada pengembangan bidang politik bukan pada
ekonomi
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar